Kala jendela terbuka dengan rapinya,
hembusan udara pagi menari-nari dengan lembutnya. Kicauan burung-burung mungil
yang memanjakan kelembutan itu. Cahaya mentari pun menghiasinya. Begitu
dahsyatnya kelembutan saat itu. Kedua mata ini sebagai kiasan samudra-samudra.
Banyak cerita terhampar, menyapa penuh keramahan.
Namun, ku belum mampu mengambil setiap cerita
itu, hanya belum mampu bercerita dari apa yang mereka katakan sesuatu yang
indah itu. Sulit untuk mengeluarkan kata-kata dari perasaan ini. Aku pun belum
memiliki banyak cerita yang indah untuk dapat diceritakan kepadamu. Karena
suatu hal, aku merasa belum pantas bercerita, cerita yang indah itu. Untuk saat
ini..
Aku
tak ingin memilikimu, karena suatu bisikan kalbu. Dan aku pun takut, takut akan kehilanganmu atas
segala kekuranganku. Untuk saat ini…
Saat ku berusaha untuk menciptakan
kedamaian jiwa ini, kau seperti berjalan sendirian keluar ke duniamu yang baru.
Dan kau biarkan kehampaan tercipta saat ku sedang berusaha dan berjuang. Memang
aku merasakan seperti sekumpulan awan putih, diam sulit bergerak. Mengganggap
ini tidak ada sesuatu yang berharga. Dan yang terpenting, ku mengira bahwa
dunia yang kau bawa seharusnya bahagia seperti sekarang. Entah besok ataupun
lusa kau bahkan tidak mengetahuinya. Seperti daun yang gugur tertiup angin dan
angin tidak bisa disalahkan untuk itu. Aku bangga bisa melihat senyum dikau
walau senyuman itu bergeliat tidak bagiku. Mungkin ini waktu yang kubenci, saat
perasaan seperti inilah muncul. Oleh ku meyakini bahwa perjuangan ini adalah
semata-mata demi kau.
Dan ku merasa gundah gulana, saat ku teringat.
Dulu, seperti pada masa kini, dimana ini semua merupakan sebuah lelucon
kehidupan bahwa ini hanyalah sekadar omong kosong. Aku pun berfikir, kini aku telah
berjalan sedemikian jauhnya dari masa yang telah berlalu, dan seharusnnyalah
aku mulai menemukan sesuatu yang baru yang saat itu pun ku anggap hal yang biasa.
Tapi apadaya, inilah jalan, Jalan yang
selama ini telah kutempuh. Jalan yang kadang indah kadang tak rupawan. Dan
seharusnya ku tak seperti anak kecil yang merindukan hanya sekadar cinta, akan hal itu
untuk lebih berani melangkah ke depan menemukan kedamaian.
Dalam
batin ini seringnya memaknai, hanya ada dua jalan yang ku temui saat rasa takut
itu muncul. Berani atau gagal.
Tetapi rasa takut ini selalu muncul.
Secara diam-diam. Terkadanag, yang kulihat saat seonggok teratai
disana menetap penuh luka di suatu permukaan air keruh. Tanpa bergerak
sedikitpun. Usahanya pun sia-sia. Hanya dengan bantuan dari lainnya yang
membuat ia bisa bergerak. Dan teratai itu kuanggap sangat busuk di sukma ini.
Sukma yang menyelimuti jiwa lemah.
Kuingin kau untuk tidak menjauh, tetapi
jiwa ini pula tetap teguh untuk tidak semakin mendekat. Apa ini sebuah
kebimbangan yang paling puncak? Aku hanya bisa menjalani sebisa apa yang bisa
ku lakukan. Apalah arti kesenangan sesaat tanpa kebahagiaan yang abadi.
Berjuang untuk mencapai suatu tujuan,
yaitu jiwa yang kuat. Apapun itu, ku merasa ini yang bisa membuat kau bahagia.
Lepas memandangi alam cakrawala tak terbatas. Saat ini, hanya sebatas mimpi
yang bisa kuterima. Belum saatnya aku genggam apa yang bisa mendamaikan
perasaan yang sedang kacau ini. Liarnya
perasaan ini akan selalu memegang erat mimpi, impian semu. Memantaskan jiwa ini
dengan jiwa kau disana. Kuharap kau sedang membuang rasa-rasa ragu dari batinmu. Walaupun ku tau, kau sedang menunggu kedamaian
untuk itu. Saat kau bahagia, itulah cerminan kebahagiaanku.
Kau terlalu jauh disana. Kau sama sekali
tidak melakukan kesalahan akan hal ini, walaupun kau riuh di tempat sunyi. Dan
jiwa ini bergelegar untuk mendekat dengan lika-liku sedemikian rupa. Perjuangan
ini demi kau, lebih dari yang kau tau. Berjuang untuk mendekat membawa
bermilyaran bintang bercahaya penuh warna. Menikmati setiap langkah. Dan saat
itu, kuingin kau tersenyum dengan hati yang paling damai.
Ku miliki segenggam harapan. Merasa
dihargai akan perjuangan dari jiwa ini adalah kekuatan dan keyakinan. Jiwa ini
yang mengeluarkan perasaan tak berhingga paling damai. Membayangkan dengan
sekuat rasa, andaikan ombak disana tersapu kembali ke lautan menuju batas arah. Tak sedikit pasir-pasir yang
menemani ombak. Sekadar mengucapkan salam hangat untuk tetap terjaga. Terlihat
tak ingin kembali ke dunia yang lebih luas. Untuk lain dari yang lain,
tertinggal termenung meratapi. Sulit untuk menggapai kembali.
Inilah yang kuanggap sebagai eratnya
perasaan dari jiwa lemah ini. Jiwa yang tergerak untuk tidak semakin melemah.
Jiwa penuh harap, semoga kau damai dimanapun kau berada. Bersama kebimbangan
yang menyertai. Kebimbangan yang beradu dengan kekuatan dan keyakinan ini. Kau
tak perlu untuk bersedih. Berbahagialah, karena pohon-pohon, air yang mengalir,
udara sejuk, gunung-gunung yang menjulang tinggi itu sedang menyapamu. Karena
ini semua telah tergariskan dengan goresan pena yang penuh cinta. Meyakini
bahwa ini semua akan berakhir indah, seindah harapan yang tersimpan dalam jiwa ini.
Mengapa
ku merasa takut akan kehilanganmu? Bahkan, saat
kau bukan milikku sekalipun?
Tersadar ku melihat ke alam raya. Bahagianya
ku melihat itu semua. Seekor kupu-kupu lusuh
penuh warna,
kelabu, cerminan keindahan akan rasa percaya tapi tak seindah impiannya. Disaat ia menunggu dengan sugesti
terkuatnya, bahwa ia tak mungkin letih untuk menunggu. Menunggu sebatang
tanaman dengan bunganya yang indah. Mahkota dan kelopaknya yang menawan. Bunga
itu sedang berusaha menampakkan mahkotanya bak berlian. Dan kupu-kupu itu menunggu
dengan tulusnya untuk ia hinggapi. Ia berjuang tanpa lelah untuk bisa menghiasi jiwanya dengan warna-warna
gemilang. Bunga itu terlihat indah sekali saat ia hinggapi. Seindah rembulan
memeluk bintang-bintang. Entah pemandangan apa yang terlukiskan dalam jiwa ini.
Tetapi kupu-kupu itu pun seperti merasakan kedamaian saat bersandar di
mahkotanya. Saat itulah, pemandangan berseri terlihat seperti rumput menghijau
dengan permainya. Ditemani tetesan embun-embun segar. Dan ku merasakan
kedamaian yang nyata walau hanya dari lukisan jiwa, yang merasuk deras menuju
sukma. Kedamaian yang tercipta dari perjuangan tak kenal lelah. Damai bersama bunga
dengan kedamaian mahkotanya.
5 komentar:
Apalah arti kesenangan sesaat tanpa kebahagiaan yang abadi.
subhanalloh... :')
sangat menginspirasi. kepada pemilik blog... terima kasih
Apalah arti kesenangan sesaat tanpa kebahagiaan yang abadi.
subhanalloh... :')
sangat menginspirasi. kepada pemilik blog... terima kasih :)
Cuma picisan hehe
Sama-sama :)
indah, kata katanya luar biasa, analoginya apalagi. aku mengerti sekarang. cara pandangmu luar biasa
Terimakasih. Semoga selalu mengerti hehe. Mari belajar :)
Posting Komentar