Senin, 19 Mei 2014

Mawar Merah & Bunga Pohon Mangga


Di suatu kebun dengan suasana senja, sebuah tanaman mawar warna merah segar dengan ditemani pohon mangga yang tumbuh subur tak jauh dari mawar merah itu ditanam. Saat itu hendak musim buah mangga berbuah. Percakapan terjadi..

“Bunga Mawar yang baik hati, mengapa kau terlihat murung?”, tanya Bunga Pohon Mangga.

“Saya sedang sedih, seperti tak ingin meneruskan hidup”, sahut Mawar Merah dengan mimik tak segar.

“Bunga Mawar Merah, jangan sekali-kali kau berfikiran seperti itu. Itu tidaklah baik. Ceritakan saja apa yang menjadikan kau sedih!”

“Bunga Pohon Mangga, saya sedih karena apa yang selama ini kumiliki seperti tidak ada gunanya. Semua sia-sia”

“Mengapa kau berfikiran seperti itu? Kau seharusnya bahagia. Kau mempunyai duri-duri untuk melindungi tubuhmu sendiri, setiap hari manusia selalu menyiramimu, kau juga selalu dipuji karena keindahan dan wanginya dirimu. Lantas apa yang menjadikanmu sedih?”, tanya Bunga Pohon Mangga lagi.

”Justru itu saya merasa sedih. Apa yang saya miliki seperti beban bagi saya. Saya sudah muak dengan pujian-pujian dari mereka. Pujian seperti senjata paling tajam bagi saya. Sering sekali mereka memuji ini memuji itu tentang diri saya. Saat saya layu, mereka membuang tubuhku begitu saja. Tak memberi manfaat untuk mereka. Saya pun hanya memberi kebahagiaan sesaat”, jawab Mawar Merah.

”Bunga Mawar, saya tidak mungkin mendapat pujian. Saya menyadari kalau saya tak rupawan. Tetapi saya terkadang juga ingin sekali mendapat pujian. Walau hanya satu ataupun dua untaian kata”

“Tetapi saya merasakan kebahagiaan yang lebih ketika saya melihat dirimu. Saya iri denganmu”, sahut Mawar Merah dengan perasaan getir.

“Saat ini, mungkin selamanya pula, saya hanya berjuang keras untuk menghasilkan buah mangga. Terkadang saya juga tak menghasilkan apapun. Karena saya terjatuh sebelum menjadi buah. Tetapi saya harus berusaha keras dan berdoa supaya diberi kesabaran, rasa ikhlas, dan syukur nikmat, serta terkadang juga air hujan ataupun manusia menyiramiku, membasahiku, yang bisa memberiku semangat untuk tetap menjaga impian yang saya impikan, impian menjadi buah mangga yang berguna bagi manusia. Bersyukur akan menjadikan keadaan menjadi lebih baik. Saya percaya perjuangan tak akan berkhianat”, kata Bunga Pohon Mangga.

“Mengapa saya begitu mudah dipuji kemudian saya tersakiti, sedangkan kau teracuhkan kemudian memberi manfaat yang besar untuk mereka? Saya rela jadi kau Bunga Pohon Mangga, yang selalu memberi kebahagiaan hidup untuk mereka walau kau menerima pahitnya hidup”, kata Mawar Merah dengan nada lirih.

“Bunga Mawar Merah, ambilah sisi baik dari saya jikalau ada. Kita ini makhluk Tuhan yang senantiasa saling berbagi. Saat kau menemukan kebaikan, silahkan kau mengambilnya. Kemudian jadilah dirimu sendiri. Dan yakinlah, kau akan memberi manfaat yang besar untuk mereka para manusia”


Matahari mulai pun mulai tenggelam. Meninggalkan harapan-harapan yang mempesona bagi kehidupan.

Tidak ada komentar: