Senin, 19 Mei 2014

Jelajah Alam di Desa Wisata Nglanggeran, GK


TERINGAT 11 MEI 2014.

Siang itu, ba’da Dzuhur, saya dan adik saya yang masih kelas 3 SMP memutuskan untuk pergi jalan-jalan berdua menuju Tempat Wisata Nglanggeran. Niat ini semata-mata hanya untuk menyegarkan otak adik saya yang baru saja melampaui UN 2014, yang katanya soal-soalnya luar biasa berbobot. Selain itu, hobi baru saya juga yaitu mencari momen melalui jepretan-jepretan kamera.

Di perjalanan, kami berdua menikmati sekali pemandangan-pemandangan yang terhampar indah. Sehingga perjalanan yang memakan waktu sekitar 1,5 jam itu tak terasa melelahkan. Jam 2 siang, kami pun sampai di tempat tujuan.

Sesampainya di Desa Nglanggeran, kami langsung menuju Embung, sebuah tempat penampungan air yang letaknya sedikit di atas bukit. Di sana, kami langsung memberi salam hangat kepada perut-perut yang kelaparan. Soto dan es jeruk adalah hidangan yang kami santap. Tempat wisata Embung menurut kami cukup menyenangkan dan tak menguras kocek terlalu dalam. Hanya dengan Rp7000 per orang kita bisa masuk termasuk biaya parkir.


Setelah makan, kami melanjutkan untuk naik ke bukit melihat pemandangan Embung. Kami juga mengabadikan momen-momen indah selama di sana. 


Waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore. Ini saatnya untuk beranjak menuju gunung Api Purba. Kami memutuskan untuk naik sekadar melihat pemandangan Kabupaten Gunungkidul dari puncak. Membeli tiket dengan biaya Rp7000 per orang termasuk biaya parkir kami sudah bisa menaiki puncak Gunung Api Purba. Perjalanan memakan waktu sekitar 1 jam. Ada 4 pos selama perjalanan yang kami lakukan.

Setelah sampai di puncak, kami berdua tentunya mengambil beberapa gambar untuk dijadikan kenangan. Setiap jepretan adalah napas kesegaran bagi saya.

Di puncak juga banyak orang yang melihat-lihat pemandangan. Mereka termasuk kami ingin sekali memburu pemandangan sunset tapi sayang, hari itu matahari sunset sedang tertutup oleh awan.


Waktu menunjukkan pukul setengah 6 sore. Kami sepakat untuk turun. Di perjalanan, saat hari mulai gelap, kami tersadar bahwa kami berdua lupa membawa alat penerangan. Kami terpaksa menuruni bukit dengan kegelapan yang total. Kami sangat hati-hati. Terpeleset merupakan hal yang wajar. Kami berdua sempat ketakutan akan tersesat. Tetapi setelah kami berusaha dengan keras, setelah 1 jam perjalanan yang menakutkan, akhirnya kami sampai di bawah. Langsung saja kami mengambil air wudhu dan menunaikan ibadah shalat Maghrib.

Perjalanan kami lanjutkan menuju Bukit Bintang, tempat dimana orang-orang melihat pemandangan hamparan lampu-lampu yang menerangi Yogyakarta dari atas bukit. Letaknya yang sejalur dengan jalan pulang membuat kami sepakat untuk berhenti sejenak. Ada sebuah jembatan yang menghadap langsung menuju pemandangan. Di sana berjejeran banyak sekali pedagang-pedagang yang menjajakan makanannya, yang terkenal adalah jagung bakarnya. Kami berdua langsung mencari warung makan yang bisa secara langsung melihat pemandangan tersebut. 2 nasi goreng dan 2 es jeruk pun kami hajar.


Setelah 1,5 jam, akhirnya kami sampai di rumah. Perjalanan yang mengasyikkan sekaligus melelahkan walau hanya 1 hari pun tak penuh 1 hari pula. Saya juga memiliki rencana untuk mengajak seluruh keluarga saya untuk berpetualangan di Desa Wisata Nglanggeran. Dan saya telah menciptakan sebuah kenangan yang tak terlupakan bersama adik tercinta.

Tidak ada komentar: