Minggu, 09 Februari 2014

Sedamai Mahkota


Kala jendela terbuka dengan rapinya, hembusan udara pagi menari-nari dengan lembutnya. Kicauan burung-burung mungil yang memanjakan kelembutan itu. Cahaya mentari pun menghiasinya. Begitu dahsyatnya kelembutan saat itu. Kedua mata ini sebagai kiasan samudra-samudra. Banyak cerita terhampar, menyapa penuh keramahan.

Namun, ku belum mampu mengambil setiap cerita itu, hanya belum mampu bercerita dari apa yang mereka katakan sesuatu yang indah itu. Sulit untuk mengeluarkan kata-kata dari perasaan ini. Aku pun belum memiliki banyak cerita yang indah untuk dapat diceritakan kepadamu. Karena suatu hal, aku merasa belum pantas bercerita, cerita yang indah itu. Untuk saat ini..

Aku tak ingin memilikimu, karena suatu bisikan kalbu. Dan aku pun takut, takut akan kehilanganmu atas segala kekuranganku. Untuk saat ini…

Saat ku berusaha untuk menciptakan kedamaian jiwa ini, kau seperti berjalan sendirian keluar ke duniamu yang baru. Dan kau biarkan kehampaan tercipta saat ku sedang berusaha dan berjuang. Memang aku merasakan seperti sekumpulan awan putih, diam sulit bergerak. Mengganggap ini tidak ada sesuatu yang berharga. Dan yang terpenting, ku mengira bahwa dunia yang kau bawa seharusnya bahagia seperti sekarang. Entah besok ataupun lusa kau bahkan tidak mengetahuinya. Seperti daun yang gugur tertiup angin dan angin tidak bisa disalahkan untuk itu. Aku bangga bisa melihat senyum dikau walau senyuman itu bergeliat tidak bagiku. Mungkin ini waktu yang kubenci, saat perasaan seperti inilah muncul. Oleh ku meyakini bahwa perjuangan ini adalah semata-mata demi kau.

Dan ku merasa gundah gulana, saat ku teringat. Dulu, seperti pada masa kini, dimana ini semua merupakan sebuah lelucon kehidupan bahwa ini hanyalah sekadar omong kosong. Aku pun berfikir, kini aku telah berjalan sedemikian jauhnya dari masa yang telah berlalu, dan seharusnnyalah aku mulai menemukan sesuatu yang baru yang saat itu pun ku anggap hal yang biasa.

Tapi apadaya, inilah jalan, Jalan yang selama ini telah kutempuh. Jalan yang kadang indah kadang tak rupawan. Dan seharusnya ku tak seperti anak kecil yang merindukan hanya sekadar cinta, akan hal itu untuk lebih berani melangkah ke depan menemukan kedamaian.

Dalam batin ini seringnya memaknai, hanya ada dua jalan yang ku temui saat rasa takut itu muncul. Berani atau gagal.

Tetapi rasa takut ini selalu muncul. Secara diam-diam. Terkadanag, yang kulihat saat seonggok teratai disana menetap penuh luka di suatu permukaan air keruh. Tanpa bergerak sedikitpun. Usahanya pun sia-sia. Hanya dengan bantuan dari lainnya yang membuat ia bisa bergerak. Dan teratai itu kuanggap sangat busuk di sukma ini. Sukma yang menyelimuti jiwa lemah. 

Kuingin kau untuk tidak menjauh, tetapi jiwa ini pula tetap teguh untuk tidak semakin mendekat. Apa ini sebuah kebimbangan yang paling puncak? Aku hanya bisa menjalani sebisa apa yang bisa ku lakukan. Apalah arti kesenangan sesaat tanpa kebahagiaan yang abadi.

Berjuang untuk mencapai suatu tujuan, yaitu jiwa yang kuat. Apapun itu, ku merasa ini yang bisa membuat kau bahagia. Lepas memandangi alam cakrawala tak terbatas. Saat ini, hanya sebatas mimpi yang bisa kuterima. Belum saatnya aku genggam apa yang bisa mendamaikan perasaan yang sedang kacau ini. Liarnya perasaan ini akan selalu memegang erat mimpi, impian semu. Memantaskan jiwa ini dengan jiwa kau disana. Kuharap kau sedang membuang rasa-rasa ragu dari batinmu. Walaupun ku tau, kau sedang menunggu kedamaian untuk itu. Saat kau bahagia, itulah cerminan kebahagiaanku.

Kau terlalu jauh disana. Kau sama sekali tidak melakukan kesalahan akan hal ini, walaupun kau riuh di tempat sunyi. Dan jiwa ini bergelegar untuk mendekat dengan lika-liku sedemikian rupa. Perjuangan ini demi kau, lebih dari yang kau tau. Berjuang untuk mendekat membawa bermilyaran bintang bercahaya penuh warna. Menikmati setiap langkah. Dan saat itu, kuingin kau tersenyum dengan hati yang paling damai.

Ku miliki segenggam harapan. Merasa dihargai akan perjuangan dari jiwa ini adalah kekuatan dan keyakinan. Jiwa ini yang mengeluarkan perasaan tak berhingga paling damai. Membayangkan dengan sekuat rasa, andaikan ombak disana tersapu kembali ke lautan menuju batas arah. Tak sedikit pasir-pasir yang menemani ombak. Sekadar mengucapkan salam hangat untuk tetap terjaga. Terlihat tak ingin kembali ke dunia yang lebih luas. Untuk lain dari yang lain, tertinggal termenung meratapi. Sulit untuk menggapai kembali.

Inilah yang kuanggap sebagai eratnya perasaan dari jiwa lemah ini. Jiwa yang tergerak untuk tidak semakin melemah. Jiwa penuh harap, semoga kau damai dimanapun kau berada. Bersama kebimbangan yang menyertai. Kebimbangan yang beradu dengan kekuatan dan keyakinan ini. Kau tak perlu untuk bersedih. Berbahagialah, karena pohon-pohon, air yang mengalir, udara sejuk, gunung-gunung yang menjulang tinggi itu sedang menyapamu. Karena ini semua telah tergariskan dengan goresan pena yang penuh cinta. Meyakini bahwa ini semua akan berakhir indah, seindah harapan yang tersimpan dalam jiwa ini.

Mengapa ku merasa takut akan kehilanganmu? Bahkan, saat kau bukan milikku sekalipun?

Tersadar ku melihat ke alam raya. Bahagianya ku melihat itu semua. Seekor kupu-kupu lusuh penuh warna, kelabu, cerminan keindahan akan rasa percaya tapi tak seindah impiannya. Disaat ia menunggu dengan sugesti terkuatnya, bahwa ia tak mungkin letih untuk menunggu. Menunggu sebatang tanaman dengan bunganya yang indah. Mahkota dan kelopaknya yang menawan. Bunga itu sedang berusaha menampakkan mahkotanya bak berlian. Dan kupu-kupu itu menunggu dengan tulusnya untuk ia hinggapi. Ia berjuang tanpa lelah untuk bisa menghiasi jiwanya dengan warna-warna gemilang. Bunga itu terlihat indah sekali saat ia hinggapi. Seindah rembulan memeluk bintang-bintang. Entah pemandangan apa yang terlukiskan dalam jiwa ini. Tetapi kupu-kupu itu pun seperti merasakan kedamaian saat bersandar di mahkotanya. Saat itulah, pemandangan berseri terlihat seperti rumput menghijau dengan permainya. Ditemani tetesan embun-embun segar. Dan ku merasakan kedamaian yang nyata walau hanya dari lukisan jiwa, yang merasuk deras menuju sukma. Kedamaian yang tercipta dari perjuangan tak kenal lelah. Damai bersama bunga dengan kedamaian mahkotanya.

5 komentar:

Anonim mengatakan...

Apalah arti kesenangan sesaat tanpa kebahagiaan yang abadi.
subhanalloh... :')
sangat menginspirasi. kepada pemilik blog... terima kasih

Anonim mengatakan...

Apalah arti kesenangan sesaat tanpa kebahagiaan yang abadi.
subhanalloh... :')
sangat menginspirasi. kepada pemilik blog... terima kasih :)

Unknown mengatakan...

Cuma picisan hehe
Sama-sama :)

Anonim mengatakan...

indah, kata katanya luar biasa, analoginya apalagi. aku mengerti sekarang. cara pandangmu luar biasa

Unknown mengatakan...

Terimakasih. Semoga selalu mengerti hehe. Mari belajar :)