Sabtu, 06 Juli 2013

Sang Pecinta Nada

Hari masih gelap, mencekam, suara-suara mesin bergema, polusi mesin tak terlihat. Dinginnya malam, panasnya hati, hangatnya segelas susu yang tersaji beradu saling menghantam. Tak terlihat, tak teraba, tak terdengar masalah-masalah yang menghampiri namun masih bergelinang di hati yang panas. Panaslah..

Disana anti anti-sosial, suara dari mulut ke mulut nyaris tak terputus, tapi tak keras, tak seperti suara di pasar-pasar tradisional. Lelah bermoshing dengan alunan musik cadas, metal. Bersantai ria bercerita mengenai musik dengan alunan nada yang menggemaskan, memaksa kepala bergerak tak beraturan, tangan mengepal seakan menandakan persahabatan. Muncul ide lain hanya untuk menyambung pembicaraan yang berharga. Selama-lamanya akan tetap teringat, karena sucinya hubungan. Suci memutihkan...

Tak serta merta mengasyikkan, tak menggembirakan, namun itu hanyalah candaan mesra ditengah hanyutnya sang mentari. Semakin ke dalam sang mentari tertidur, semakin pula letihnya pembicaraan berharga itu. Sepilah..

Dengan hati-hati, dengan perasaan yang beradu, antara gengsi dan pasrah, itulah kehidupan. Sangat mungkin doa yang akan melindungi. Berpegang kayu berdawai, harmonika yang maha cinta serta pengatur nada yang memikat jiwa. Mengerti akan perasaan kliennya yang andai saja ia menjadi boss, tapi mungkin itulah angan yang hampir dekat. Bernyanyilah ia dengan alat-alatnya, tak satu lagu, tak asal-asalan, hanya ikhlas dan tabah yang dimilikinya. Menggerakkan bibirnya, memaksa kerja batang tenggorokannya demi kliennya yang sedang panas perasaannya, hati.

Berjalan mengikuti tikar yang di singsingkan tiada rasa malu sambil menggetarkan hati klien yang panas sebagai celah mendinginkan suasana. Apakah itu pantas? mungkin pertanyaan ini yang merisaukan batinnya, mencoba membunuh rasa ikhlasnya, dengan sedikit lindungan kepasrahannya.

Kesadaran yang berada diambang batas.....

Duduk termenung, memegang smartphone yang lusuh berkarat. Menjalin pertemanan dengan jejaring sosial sesuka hati. Kadang menengok, kadang cuek, kadang terkagum-kagum. Saat melihatnya terlihat seperti benda hidup yang kalah benderang dengan benda mati sebagai pencerah jalanan. Perasaan ini yang membunuh kebaikan jiwa. Semakin lama mentari tertidur, semakin lama perasaan terbangun. Ada apa dengannya, siapa namanya, berapa anaknya, apakah sudah punya istri, mengapa dia bernyanyi, mengapa tidak istirahat di rumah. Pertanyaan itulah yang memandu menuju pemikiran yang teratas. Karena Tuhan menciptakan dia sebagai manusia yang sempurna, tidak ada kurang suatu apapun berbanding dengan makhluk hidup selain dia. Keuletannya bermain seperti angin sepoi-sepoi menggetarkan hati yang sejuk, menjadi lebih sejuk. 3 alat dengan satu jiwa raga utuh tertanam ke jiwa musiknya sebagai manusia ciptaan Tuhan.

Antara perasaan kagum dan iba semakin cerah menyinari batin. Tersisip ketidakmunafikan pula, serta itulah keajaiban yang tak terduga. Alam yang akan memperlebar. Namun Tuhan adalah pencipta alam.

Lantas bergeming, perasaan iba akan menurunkan kualitasnya sebagai seorang pecinta nada. Dengan hal yang asing, tak se-sen pun kami memberinya sebagai tanda terimakasih. Karena cerobohnya dan lupa akan peringatan yang terpampang di pos-pos jalan tol yang pernah dilalui. Perasaan asing berbisik, semoga dengan ini, dia akan selalu bekerja keras karena sempurnanya dia, karena indahnya membuka jendela dunia untuk menjelajah membawa kesempurnaan yang dia miliki dari Tuhan dengan bermain musik dengan 3 alat.

Tak terduga, bermain musik dengan banyak lagu, bagus dan unik semua. Gengsi dan pasrah terbawa oleh nada yang keluar dengan indah. Suka duka keluar pula dari hatinya. Hati ini yang melihat tak bosan-bosan sembari melegakan suasana yang dingin. Menambah hangat suasana setelahnya.

Secara tidak wajar, mendengar musik cadas maupun reggae kemudian terikat kuat dengan munculnya musik jazz-jazz country. Itulah perbedaan. Akan indah jika dinikmati. Tak saling menjatuhkan dan menginjak-injak. Selalu meningkat kesejukkan hati setelah merasakan perbedaan yang murni.

Akhirnya pun iba terhempas oleh perasaan kagum. Setelah larut dalam alunan nada yang berseri, yang menyejukkan. Membakar semangat jiwa raga kami. Dan perasaan kagum ini lah yang meninggikan kualitas dia maupun kami.

Saling berbisik di hati. Bersyukur sebagai makhluk ciptaan Tuhan, sesuatu yang akan membawa kesempurnaan itu menuju hal yang teratas dengan bekerja keras, menghargai apa yang Dia ciptakan, mempertebal semangat, serta tak lupa melantunkan doa yang ikhlas.

Tidak ada komentar: